Kimia Markup Language – CML

XML adalah pendekatan utama menyediakan semantik untuk ilmu pengetahuan, seperti MathML , SBML / BIOPAX (biologi), GML dan KML (geo) SVG (grafis) dan NLM-DTD , ODT dan OOXML (dokumen). CML menyediakan dukungan untuk sebagian besar bidang kimia, terutama molekul, senyawa, reaksi, spektrum, kristal dan kimia komputasi (compchem).

CML telah dikembangkan oleh Peter Murray-Rust dan Henry Rzepa sejak tahun 1995 dan merupakan de facto XML untuk kimia diterima oleh penerbit dan memiliki lebih dari 1 juta baris kode Open Source mendukungnya. CML dapat divalidasi dan dibangun menjadi alat authoring (misalnya Kimia Add-in untuk Microsoft Word ).

Peter Murray-Rust dan Henry Rzepa bekerja keras

Peter Murray-Rust dan Henry Rzepa bekerja keras

Infrastruktur mencakup konverter warisan, kamus, Semantic Web dan Data Terbuka Linked.

Ada beberapa versi dari skema CML. Rilis stabil terakhir adalah Skema 2,4 dan tetap tidak berubah sejak tahun 2005.

Skema terbaru adalah 3 versi beta . Seperti yang ditunjukkan oleh beta skema ini masih dalam pengembangan tapi pada dasarnya itu terdiri dari 2,4 Skema asli tetapi dengan model konten jauh berkurang. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menempatkan bersama-sama elemen dan atribut dengan cara yang lebih fleksibel agar sesuai dengan data yang mereka ingin mewakili lebih mudah.

pada bagian tutorial :

1.Konvensi Molekuler

Konvensi molekuler digunakan untuk menentukan kimia yang berkaitan dengan molekul, misalnya koneksi tabel rumus, nama dan sifat. Molekul-molekul dapat juga mengandung spektrum meskipun ini akan memiliki konvensi sendiri tergantung pada apakah mereka Infra Red, NMR dll

Namespaces

Hal ini diasumsikan bahwa ruang nama berikut ini terikat pada prefiks berikut:

  • cml = http://www.xml-cml.org/schema
  • conventions = http://www.xml-cml.org/convention/
  • cmlDictionary = http://www.xml-cml.org/dictionary/

Menentukan konvensi

Untuk menggunakan konvensi molekul yang Anda butuhkan untuk menggunakan convention atribut. Hal ini dapat dilakukan di kedua cml unsur atau molecule unsur. Sebagai contoh:

 <cml:cml convention='conventions:molecular'>
	 ...
 </ CML: CML>

atau

 <cml:molecule convention='conventions:molecular' id='m1'>
	 ...
 </ CML: molekul>

Sebuah meja molekul koneksi

Koneksi tabel terdiri dari atom dan ikatan antara mereka. Untuk menentukan atom hidrogen di CML xml berikut digunakan:

 <cml:atomArray>
	 <cml:atom id='a1' elementType='H' />
 </ CML: atomArray>

2. Kimia Markup Language – Kamus Konvensi

8 April 2011

Versi ini :
http://www.xml-cml.org/convention/dictionary-20110525
Versi terbaru:
http://www.xml-cml.org/convention/dictionary
Sebelumnya versi:
http://www.xml-cml.org/convention/dictionary-20110408
Penulis:
Lihat pengakuan .
Editor:
Sam Adams, Universitas Cambridge
Joe Townsend, Universitas Cambridge

Abstrak

Spesifikasi ini mendefinisikan persyaratan dari Bahasa Markup Kimia kamus konvensi.


Daftar isi

1. Pendahuluan
1.1 Notasi Konvensi
1.2 Namespace
2. Menerapkan konvensi kamus
3. Kamus Elemen
3.1 Namespace
3.2 Awalan
3.3 Judul
3.4 Deskripsi
3,5 Entri
4. Elemen Entry
4.1 Id
4.2 Jangka
4.3 Definisi
4.4 Deskripsi
4.5 Jenis data
4.6 Jenis Satuan
4,7 Default unit
5. Contoh Kamus

Lampiran

A. Referensi
B. Ucapan Terima Kasih


1. Pendahuluan

Kamus memungkinkan CML untuk dipahami oleh mesin. Banyak ilmu fisik dikelola melalui mekanisme kamus. Kami menemukan istilah dan unit yang berkaitan dengan aspek ilmu pengetahuan (seperti panas pembentukan, titik lebur, grup jalur) dan membuat entri untuk item ini dalam kamus.

Entri dapat terdiri dari hanya sebuah id unik (dalam namespace kamus) dan beberapa definisi manusia dimengerti namun kami sangat mendorong informasi lebih lanjut diberikan. Misalnya apa unit, ada atas dan batas bawah, apa jenis data (string, integer, dll float).

Program yang berbeda kadang-kadang menghasilkan data dengan label yang sama tetapi interpretasi yang berbeda; tidak berarti kepadatan kerapatan elektron atau kepadatan fisik? Oleh karena itu masing-masing kode kimia komputasi akan memiliki kamus sendiri dan kemudian masyarakat kemudian dapat memutuskan untuk grup tertentu konsep bersama.

Mana konsep ini didefinisikan oleh skema CML mereka TIDAK BOLEH ditentukan dengan menggunakan mekanisme kamus.

Dimana konsep-konsep yang didefinisikan oleh kamus baku entri-entri ini HARUS direferensikan, bukan mendefinisikan konsep dalam kamus lain.

1.1 Notasi Konvensi

Kata kunci “HARUS”, “TIDAK HARUS”, “REQUIRED”, “AKAN”, “TIDAK AKAN”, “HARUS”, “TIDAK HARUS”, “RECOMMENDED”, “MUNGKIN”, dan “OPTIONAL” dalam dokumen ini adalah untuk ditafsirkan seperti yang dijelaskan dalam RFC 2119 [ IETF RFC 2119 ].

Istilah “elemen”, “atribut”, “anak” dan “orang tua” dalam dokumen ini adalah untuk ditafsirkan seperti yang dijelaskan di Rekomendasi W3C Extensible Markup Language (XML) [ W3C XML ].

Penggunaan font adalah sebagai berikut:

  • Skema istilah, termasuk elemen dan atribut, ditulis dalam this font .

1.2 Namespace

Spesifikasi ini menggunakan ruang nama berikut dan prefiks untuk menunjukkan mereka ruang nama:

Awalan Namespace URI Keterangan
cml http://www.xml-cml.org/schema Kimia unsur Markup Language
convention http://www.xml-cml.org/convention/ Standar Kimia Markup Language konvensi namespace
xhtml http://www.w3.org/1999/xhtml XHTML

2. Menerapkan konvensi kamus

Konvensi Kamus HARUS ditentukan dengan menggunakan convention atribut pada baik cml atau dictionary elemen. Jika konvensi ditetapkan pada cml maka elemen elemen yang HARUS mengandung elemen anak tunggal dalam http://www.xml-cml.org/schema namespace, yang HARUS dictionary elemen.

3. Kamus Elemen

3.1 Namespace

Para dictionary elemen HARUS memiliki namespace atribut, nilai yang HARUS URI yang valid mendefinisikan ruang lingkup di mana ketentuan entri yang unik. URI namespace kamus HARUS memutuskan untuk representasi dari kamus. URI namespace kamus HARUS berakhir dengan baik karakter ‘/’ atau karakter ‘#’ sehingga istilah dapat direferensikan oleh menambahkan mereka ke URI.

3.2 Awalan

Para dictionary elemen HARUS memiliki dictionaryPrefix atribut menetapkan prefiks standar yang digunakan ketika referensi entri kamus. Para dictionaryPrefix HARUS prefiks QName XML yang valid, dan HARUS menjadi unik dalam domain CML.

3.3 Judul

Para dictionary elemen HARUS memiliki title atribut ditujukan untuk manusia-dibaca.

3.4 Deskripsi

Para dictionary elemen HARUS memiliki satu description elemen anak, yang isinya memberikan gambaran terbaca-manusia dari domain kamus. Para description Unsur HARUS berisi elemen anak satu atau lebih di http://www.w3.org/1999/xhtml namespace. Para description Unsur TIDAK HARUS berisi elemen anak apapun tidak di http://www.w3.org/1999/xhtml namespace.

3,5 Entri

Para dictionary Unsur HARUS berisi satu anak bijih lebih entry elemen, dan tidak HARUS mengandung elemen anak lainnya dari http://www.xml-cml.org/schema namespace.

4. Elemen Entry

4.1 ID

Sebuah entry elemen HARUS memiliki id atribut, nilai yang HARUS unik dalam lingkup kamus.

Nilai id atribut HARUS dimulai dengan huruf, dan hanya HARUS berisi huruf, angka, titik, tanda hubung atau garis bawah.

IdStartChar :: = [AZ] | [az]
IdChar :: = IdStartChar | [0-9] | "." | "-" | "_"
Id :: = IdStartChar (IdChar)*

4.2 Jangka

Sebuah entry elemen HARUS memiliki term atribut, nilai yang memberikan frase bahasa nounal unik mengidentifikasi subjek entri.

Nilai term atribut MUNGKIN mengandung karakter unicode yang valid, namun itu adalah bahwa setiap karakter RECOMMENDED dari luar subset ASCII (codepoints 32-127) diwakili menggunakan referensi entitas.

4.3 Definisi

Sebuah entry HARUS berisi elemen tunggal definition elemen anak, isi yang memberikan frase nounal mendefinisikan subjek masuk lebih verbosely dari istilah.

Para definition Unsur HARUS berisi elemen anak satu atau lebih di http://www.w3.org/1999/xhtml namespace. Para definition Unsur TIDAK HARUS berisi elemen anak apapun tidak di http://www.w3.org/1999/xhtml namespace.

4.4 Deskripsi

Sebuah entry elemen MUNGKIN memiliki satu description elemen anak, isi yang menyediakan informasi lebih lanjut mengenai istilah, termasuk, namun tidak terbatas pada: contoh, terbaca-manusia semantik dan hyperlink ke sumber daya lain yang bermanfaat.

Para description Unsur HARUS berisi elemen anak satu atau lebih di http://www.w3.org/1999/xhtml namespace. Para description Unsur TIDAK HARUS berisi elemen anak apapun tidak di http://www.w3.org/1999/xhtml namespace.

4.5 Jenis data

Ketika berlaku untuk konsep didefinisikan, sebuah entry HARUS memiliki dataType atribut, nilai yang merupakan QName referensi tipe data nilai didefinisikan dengan menggunakan entry .

Umum tipe data:

  • xsd:string
  • xsd:double
  • xsd:integer
  • xsd:boolean

4.6 Jenis Satuan

Sebuah entry HARUS memiliki unitType atribut, nilai yang merupakan QName referensi jenis unit (misalnya suhu) dari setiap nilai yang didefinisikan menggunakan entry .

Sebuah entry menggambarkan sebuah konsep yang tidak seharusnya unit; misalnya nama program harus memiliki unitType ada di CML standar unitType kamus .

4,7 Default unit

Ketika berlaku untuk konsep didefinisikan, sebuah entry HARUS memiliki units atribut, nilai dari yang merupakan referensi QName unit default (misalnya Kelvin) dari setiap nilai yang didefinisikan menggunakan entry .

Jika unitType secara tegas diberikan sebagai tidak diketahui maka atribut unit TIDAK HARUS hadir.

Jika unitType secara tegas diberikan sebagai tidak maka atribut unit HARUS hadir dan nilainya harus mengarah ke none # http://www.xml-cml.org/unit/si .

5. Contoh Kamus

 <Xml version = "1.0" encoding = "UTF-8"??>
 <Kamus xmlns = "http://www.xml-cml.org/schema"
             xmlns: konvensi = "http://www.xml-cml.org/convention/"
             xmlns: unit = "http://www.xml-cml.org/unit/nonSi/"
             xmlns: unitType = "http://www.xml-cml.org/unit/unitType/"
             xmlns: xhtml = "http://www.w3.org/1999/xhtml"
             xmlns: xsd = "http://www.w3.org/2001/XMLSchema"
             konvensi = "konvensi: kamus"
             title = "konsep-konsep kimia dasar"
             namespace = "http://www.xml-cml.org/dictionary/dummy/"
             dictionaryPrefix = "dummy">
         <description>
             <xhtml:p>
                 Ini adalah contoh kamus
             </ Xhtml: p>
         </ Description>

     <Entri id = "molecmass" Istilah = "Misa Molekuler"
            dataType = "xsd: double" unitType = "unitType: jumlah" unit = "Unit: Dalton">
         <definition>
             <xhtml:p>
                 Massa satu mol suatu zat dalam satuan massa atom terpadu (Dalton).
             </ Xhtml: p>
         </ Definisi>
         <description>
             <xhtml:p>
                 Massa molekul (m) zat adalah massa satu molekul zat yang,
                 dalam satuan massa atom terpadu (s) u (sama dengan 1 / 12 massa satu atom isotop
                 karbon-12).  Ini adalah numerik setara dengan massa molekul relatif (Mr) dari
                 molekul, sering disebut dengan istilah berat molekul, yang merupakan rasio
                 massa molekul yang untuk 1 / 12 massa karbon-12 dan merupakan berdimensi
                 nomor.  Dengan demikian, adalah keliru untuk mengekspresikan massa molekul relatif (berat molekul)
                 di dalton (Da).  Sayangnya, berat molekul dan massa istilah molekuler telah
                 bingung di berbagai situs, yang sering menyatakan bahwa berat molekul digunakan
                 di masa lalu sebagai istilah lain untuk massa molekul.
             </ Xhtml: p>
             <xhtml:p>
                 Massa molekul berbeda dari pengukuran yang lebih umum dari massa bahan kimia, seperti
                 sebagai massa molar, dengan memperhatikan komposisi isotop molekul yang agak
                 daripada distribusi isotop molekul rata-rata banyak.  Akibatnya massa, molekul
                 adalah jumlah lebih tepat daripada massa molar, namun lebih akurat untuk menggunakan molar
                 massa pada sampel massal.  Ini berarti bahwa massa molar adalah sesuai sebagian besar waktu
                 kecuali ketika berhadapan dengan molekul tunggal.
             </ Xhtml: p>
         </ Description>
     </ Entry>

     <Entri id = "molarmass" Istilah = "Massa molar"
            dataType = "xsd: double" unitType = "unitType: jumlah" unit = "Unit: Dalton">
         <definition>
             <xhtml:p>
                 Massa per jumlah substansi.
             </ Xhtml: p>
         </ Definisi>
         <description>
             <xhtml:p>
                 Massa molar, simbol M, merupakan karakteristik properti fisik dari zat yang diberikan
                 (Unsur kimia atau senyawa kimia), yaitu massa per jumlah substansi.
                 Unit dasar SI untuk massa adalah kilogram dan bahwa untuk jumlah zat adalah
                 mol.  Dengan demikian, unit diturunkan untuk massa molar adalah kg / mol.  Namun, untuk kedua
                 alasan praktis dan historis, massa molar hampir selalu dikutip dalam gram
                 per mol (g / mol atau g mol-1), khususnya dalam kimia.
             </ Xhtml: p>
             <xhtml:p>
                 Massa molar berkaitan erat dengan massa molar relatif (Mr) suatu senyawa, yang
                 tua berat rumus panjang dan massa atom standar konstituen
                 elemen.  Namun, harus dibedakan dari massa molekul (juga
                 dikenal sebagai berat molekul), yang merupakan massa satu molekul (dari setiap tunggal
                 komposisi isotop) dan tidak langsung berhubungan dengan massa atom, massa
                 dari satu atom (dari setiap isotop tunggal).  Para dalton, simbol Da, juga kadang-kadang
                 digunakan sebagai unit massa molar, terutama dalam biokimia, dengan definisi
                 1 Da = 1 g / mol, meskipun fakta bahwa itu adalah ketat unit massa molekul
                 (1 Da = 1,660 538 782 (83) × 10-27 kg).
             </ Xhtml: p>
         </ Description>
     </ Entry>

 </ Kamus>

A. Referensi

[RFC2119]
IETF RFC 2119: Kata kunci untuk digunakan dalam RFC untuk Tunjukkan Tingkat Kebutuhan , S. Bradner, Maret 1997. Tersedia di http://www.ietf.org/rfc/rfc2119.txt.
[XML]
Extensible Markup Language (XML) 1.0 (Edisi Kelima) , T. Bray, J. Paoli, CM Sperberg-McQueen E. Maler dan F. Yergeau, Editor. World Wide Web Consortium. 26 Oktober 2008. Versi ini http://www.w3.org/TR/2008/REC-xml-20081126. versi terbaru dari XML tersedia di http://www.w3.org/TR/REC-xml.

B. Ucapan Terima Kasih

  • Peter Murray-Rust
  • Joe Townsend
  • Nick Inggris
  • Weerapong Phadungsukanan
  • Daniel Lowe
  • Sam Adams
  • Hannah Barjat

 

PEMBUAT BLOG INI….

Posted: June 6, 2011 in Uncategorized

wordpress ini dibuat oleh 2 orang mahasiswa perguruan tinggi negri di semarang tepatnya mreka ber-2 dari universitas diponegoro yang terletak di tembalang,semarang.
berikut biodatanya:
nama : aji putrowicaksono
nim:j2c008081
dan
nama : fitri lutfiana rahayu
nim: j2c008090

Cengkeh juga Sumber Antioksidan

Untuk mendapatkan antioksidan, kita tidak harus selalu mengonsumsi buah atau sayur. Sumber antioksidan juga terdapat dalam rempah yang sering digunakan untuk memasak, yaitu cengkeh.

Tim peneliti dari Miguel Hernández University, Spanyol, mengidentifikasi bahwa cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan rempah dengan zat antioksidan terbaik. Hal itu karena cengkeh mengandung senyawa phenolic yang tinggi.

“Dari pengujian lima sifat antioksidan, cengkeh memiliki kemampuan tertinggi untuk menghilangkan hidrogen, mengurangi peroksidasi lipid, dan merupakan peredam zat besi terbaik,” kata Juana Fernández-López, salah seorang peneliti seperti dikutip dari Times of India.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antioksidan alami pada bumbu masak yang digunakan dalam makanan Mediterania, atau dengan bentuk ekstrak, merupakan pilihan yang layak untuk industri makanan. Tak masalah selama karakteristik organoleptik dari produk makanan tidak terpengaruh. Kandungan antioksidan tinggi akan memberi efek menguntungkan bagi kesehatan.

Tim peneliti juga mengevaluasi efek antioksidan minyak esensial dari berbagai bumbu seperti oregano (Origanum vulgare), thyme (Thymus vulgaris), rosemary (Rosmarinus funcionarios cinalis) dan sage (Salvia funcionarios cinalis). Penelitian dilakukan untuk melihat kemungkinan dimasukkannya rempah-rempah tersebut dalam produk makanan sebagai sumber antioksidan alami.

Jus Buah dan Sayuran untuk Kanker

Bagi penderita kanker, mengkonsumsi jus buah dan sayuran merupakan upaya pendukung terapi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menambah asupan zat-zat gizi untuk mempercepat pemulihan dan mengurangi efek samping pengobatan.

Atau dapat juga sebagai pengganti makanan di kala selera makan tidak ada sedangkan makan adalah suatu keharusan untuk mempercepat kesembuhan.

Berikut ini adalah daftar buah yang dapat dikonsumsi oleh penderita kanker untuk membantu meningkatkan efek terapi :

  1. Apel
  2. Anggur
  3. Belimbing
  4. Jambu biji
  5. Jeruk manis
  6. Pepaya
  7. Melon
  8. Nanas
  9. Semangka

Sedangkan untuk sayuran yang dapat dijadikan jus adalah sebagai berikut :

  1. Bayam
  2. Buncis
  3. Brokoli
  4. Tomat
  5. Wortel
  6. Kubis

Bagi kita yang ingin mencegah timbulnya kanker, konsumsi jus di atas juga baik dengan efek jangka panjang yang tentunya baik bagi tubuh kita.

 

Manfaat Jus Buah dan Sayuran

Jus buah dan sayuran mengandung unsur-unsur organik seperti mineral, vitamin, asam amino, dan enzim yang sangat diperlukan bagi kehidupan. Jus buah dan sayuran dapat membantu tubuh dalam mencerna makanan yang kita konsumsi sehingga dapat mengurangi beban kerja perut.

Di samping itu, zat-zat gizi dari jus terserap dalam aliran darah dalam waktu yang singkat setelah dikonsumsi bila dibandingkan dengan mengkonsumsi buah dan sayuran dalam bentuk aslinya. Mengenai perbandingan jumlah, satu gelas jus wortel nilainya sama dengan kita mengkonsumsi tiga potong wortel ukuran sedang.

Jus buah dan sayuran dapat dibuat dari buah dan sayuran apa saja. Selama tidak ada efek yang merugikan seperti penumpukan gas di dalam perut, sakit perut, pembengkakan, mengkonsumsi jus dapat dilanjutkan dan dapat dikombinasikan. Namun jika muncul masalah, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi

 

Mengenal Biodiesel: Karakteristik, Produksi, hingga Performansi Mesin (3)

Sumber: Berita Iptek Topik: Mesin

Setelah mengulas karakteristik umum, bahan baku, dan teknik produksi biodiesel, Bagian ke-3 dari seri Mengenal Biodiesel ini akan mengulas beberapa parameter penting yang seringkali dipergunakan sebagai tolok ukur kualitas bahan bakar biodiesel. Beberapa parameter tersebut adalah: angka cetane, viskositas, sifat bahan bakar pada temperatur rendah (cloud point, pour point), angka iodine, penyimpanan dan stabilitas, serta efek pelumasan (lubricant).

Angka Cetane

Angka cetane menunjukkan seberapa cepat bahan bakar mesin diesel yang diinjeksikan ke ruang bakar bisa terbakar secara spontan (setelah bercampur dengan udara). Angka cetane pada bahan bakar mesin diesel memiliki pengertian yang berkebalikan dengan angka oktan pada bahan bakar mesin bensin, karena angka oktan menunjukkan kemampuan campuran bensin-udara menunggu rambatan api dari busi (spark ignition).

Semakin cepat suatu bahan bakar mesin diesel terbakar setelah diinjeksikan ke dalam ruang bakar, semakin baik (tinggi) angka cetane bahan bakar tersebut. Cara pengukuran angka cetane yang umum digunakan, seperti standard dari ASTM D613 atau ISO 5165, adalah menggunakan hexadecane (C16H34, yang memiliki nama lain cetane) sebagai patokan tertinggi (angka cetane, CN=100), dan 2,2,4,4,6,8,8 heptamethylnonane (HMN yang juga memiliki komposisi C16H34) sebagai patokan terendah (CN=15) (Knothe, 2005). Dari standard tersebut bisa dillihat bahwa hidrokarbon dengan rantai lurus (straight chain) lebih mudah terbakar dibandingkan dengan hidrokarbon yang memiliki banyak cabang (branch). Angka cetane berkorelasi dengan tingkat kemudahan penyalaan pada temperatur rendah (cold start) dan rendahnya kebisingan pada kondisi idle (Environment Canada, 2006). Angka cetane yang tinggi juga diketahui berhubungan dengan rendahnya polutan NOx (Knothe, 2005).

Secara umum, biodiesel memiliki angka cetane yang lebih tinggi dibandingkan dengan solar. Biodiesel pada umumnya memiliki rentang angka cetane dari 46 – 70, sedangkan (bahan bakar) Diesel No. 2 memiliki angka cetane 47 – 55 (Bozbas, 2005). Panjangnya rantai hidrokarbon yang terdapat pada ester (fatty acid alkyl ester, misalnya) menyebabkan tingginya angka cetane biodiesel dibandingkan dengan solar (Knothe, 2005). Azam dkk. (2005) membuat persamaan untuk menghitung angka cetane (CN) fatty acid methyl ester/biodiesel sebagai fungsi dari angka iodine (IV) dan saphonifikasi (SN) .

Viskositas merupakan sifat intrinsik fluida yang menunjukkan resistensi fluida terhadap aliran. Hubungan antara tegangan geser dinding dengan viskositas untuk fluida Newtonian.

dengan taww adalah tegangan geser dinding [Pa], miuadalah viskositas fluida [Pa.s], dan (dp/dy)y=0 adalah gradien kecepatan fluida pada dinding [1/s].

Sedangkan hubungan antara tegangan geser dinding dengan penurunan tekanan (pressure drop) .

Bila energi pengaliran yang tersedia tetap, maka fluida dengan viskositas tinggi akan mengalir dengan kecepatan lebih rendah. Di Bagian 1 seri tulisan ini telah dijelaskan tingginya harga viskositas SVO (straight vegetable oil) atau refined fatty oil. Hal inilah yang mendasari perlu dilakukannya proses kimia, transesterifikasi, untuk menurunkan harga viskositas minyak tumbuhan sehingga mendekati viskositas solar. Perbedaan viskositas antara minyak mentah/refined fatty oil dengan biodiesel juga bisa digunakan sebagai salah satu indikator dalam proses produksi biodiesel (Knothe, 2005).

Kecepatan alir bahan bakar melalui injektor akan mempengaruhi derajad atomisasi bahan bakar di dalam ruang bakar. Selain itu, viskositas bahan bakar juga berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan bahan bakar tersebut bercampur dengan udara. Dengan demikian, viskositas bahan bakar yang tinggi, seperti yang terdapat pada SVO, tidak diharapkan pada bahan bakar mesin diesel. Oleh karena itulah penggunaan SVO secara langsung pada mesin diesel menuntut digunakannya mekanisme pemanas bahan bakar sebelum memasuki sistem pompa dan injeksi bahan bakar (Bernardo, 2003).

Cloud point dan Pour point

Cloud point adalah temperatur pada saat bahan bakar mulai tampak “berawan” (cloudy). Hal ini timbul karena munculnya kristal-kristal (padatan) di dalam bahan bakar. Meski bahan bakar masih bisa mengalir pada titik ini, keberadaan kristal di dalam bahan bakar bisa mempengaruhi kelancaran aliran bahan bakar di dalam filter, pompa, dan injektor. Sedangkan pour point adalah temperatur terendah yang masih memungkinkan terjadinya aliran bahan bakar; di bawah pour point bahan bakar tidak lagi bisa mengalir karena terbentuknya kristal/gel yang menyumbat aliran bahan bakar. Dilihat dari definisinya, cloud point terjadi pada temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan pour point.

Pada umumnya permasalahan pada aliran bahan bakar terjadi pada temperatur diantara cloud dan pour point; pada saat keberadaan kristal mulai mengganggu proses filtrasi bahan bakar. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran yang lain untuk mengukur performansi bahan bakar pada temperatur rendah, yakni Cold Filter Plugging Point (CFPP) di negara-negara Eropa (standard EN 116) dan Low-Temperature Flow Test (LTFT) di Amerika Utara (standard ASTM D4539) (Knothe, 2005).

Pada umumnya, cloud dan pour point biodiesel lebih tinggi dibandingkan dengan solar. Hal ini bisa menimbulkan masalah pada penggunaan biodiesel, terutama, di negara-negara yang mengalami musim dingin. Untuk mengatasi hal ini, biasanya ditambahkan aditif tertentu pada biodiesel untuk mencegah aglomerasi kristal-kristal yang terbentuk dalam biodiesel pada temperatur rendah. Selain menggunakan aditif, bisa juga dilakukan pencampuran antara biodiesel dan solar. Pencampuran (blending) antara biodiesel dan solar terbukti dapat menurunkan cloud dan pour point bahan bakar (Environment Canada, 2006).

Teknik lain yang bisa digunakan untuk menurunkan cloud dan pour point bahan bakar adalah dengan melakukan “winterization” (Knothe, 2005). Pada metode ini, dilakukan pendinginan pada bahan bakar hingga terbentuk kristal-kristal yang selanjutnya disaring dan dipisahkan dari bahan bakar. Proses kristalisasi parsial ini terjadi karena asam lemak tak jenuh memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan asam lemak jenuh. Maka proses winterization sejatinya merupakan proses pengurangan asam lemak jenuh pada biodiesel. Di sisi lain, asam lemak jenuh berkaitan dengan angka cetane. Maka proses winterization bisa menurunkan angka cetane bahan bakar.

Namun demikian, karakteristik biodiesel pada temperatur rendah ini tidak terlalu menjadi masalah untuk negara dengan temperatur tinggi sepanjang tahun, seperti India (Azzam dkk., 2005).

Penyimpanan dan stabilitas

Biodiesel bisa mengalami degradasi bila disimpan dalam waktu yang lama disertai dengan kondisi tertentu. Degradasi biodiesel pada umumnya disebabkan oleh proses oksidasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi degradasi biodiesel antara lain keberadaan asam lemak tak jenuh, kondisi penyimpanan (tertutup/terbuka, temperatur, dsb.), unsur logam, dan peroksida. Leung dkk. (2006) menemukan bahwa temperatur tinggi (40oC) yang disertai dengan keberadaan udara terbuka menyebabkan degradasi yang sangat signifikan pada penyimpanan biodiesel hingga 50 minggu. Konsentrasi asam meningkat pada biodiesel yang telah terdegradasi; hal ini disebabkan oleh putusnya rantai asam lemak metil ester menjadi asam-asam lemak. Mereka menemukan bahwa faktor keberadaan air tidak terlalu signifikan mempengaruhi proses degradasi. Namun demikian, keberadaan air (yang terpisah dari biodiesel) bisa membantu pertumbuhan mikroorganisme (Environment Canada, 2006). Temperatur tinggi (40oC) yang tidak disertai dengan keberadaan udara terbuka; dan sebaliknya udara terbuka tanpa keberadaan temperatur tinggi, tidak menyebabkan degradasi yang signifikan pada biodiesel yang disimpan dalam waktu lama (hingga 50 minggu). Dalam penelitiannya, Leung dkk. (2006) menggunakan rapeseed oil sebagai bahan baku biodiesel.

Kontak antara biodiesel dengan logam dan elastomer selama proses penyimpanan juga bisa mempengaruhi stabilitas biodiesel (Environment Canada, 2006). Ditemukan bahwa logam tembaga (copper) memiliki efek katalis oksidasi yang paling kuat untuk biodiesel (Knothe, 2005). Oksidasi pada biodiesel bisa menyebabkan terbentuknya hidroperoksida yang selanjutnya terpolimerisasi dan membentuk gum; hal ini bisa menyebabkan penyumbatan pada filter atau saluran bahan bakar mesin diesel (Environment Canada, 2006). Standard Eropa, EN 14214, mengatur uji stabilitas biodiesel terhadap oksidasi, yakni dengan cara memanaskan biodiesel pada 110oC selama tak kurang dari 6 jam (menggunakan metode Rancimat) (Knothe, 2005).

Harga viskositas biodiesel juga bisa dijadikan sebagai ukuran terjadi-tidaknya proses degradasi pada biodiesel. Conceicao (2005) menemukan bahwa biodiesel minyak Castor yang digunakannya bisa mengalami degradasi, dicirikan dengan kenaikan viskositas yang sangat tinggi, bila dikenai temperatur yang sangat tinggi (210oC) dalam jangka waktu lebih dari 10 jam. Degradasi ini terjadi diduga karena terjadinya proses oksidasi dan polimerisasi pada biodiesel.

Angka Iodine

Angka iodine pada biodiesel menunjukkan tingkat ketidakjenuhan senyawa penyusun biodiesel. Di satu sisi, keberadaan senyawa lemak tak jenuh meningkatkan performansi biodiesel pada temperatur rendah, karena senyawa ini memiliki titik leleh (melting point) yang lebih rendah (Knothe, 2005) sehingga berkorelasi pada cloud dan pour point yang juga rendah. Namun di sisi lain, banyaknya senyawa lemak tak jenuh di dalam biodiesel memudahkan senyawa tersebut bereaksi dengan oksigen di atmosfer dan bisa terpolimerisasi membentuk material serupa plastik (Azam dkk., 2005). Oleh karena itu, terdapat batasan maksimal harga angka iodine yang diperbolehkan untuk biodiesel, yakni 115 berdasar standard Eropa (EN 14214). Di samping itu, konsentrasi asam linolenic dan asam yang memiliki 4 ikatan ganda masing-masing tidak boleh melebihi 12 dan 1% (Azzam dkk., 2005). Sebuah penelitian yang dilakukan di Mercedez-Benz (Environment Canada, 2006) menunjukkan bahwa biodiesel dengan angka iodine lebih dari 115 tidak bisa digunakan pada kendaraan diesel karena menyebabkan deposit karbon yang berlebihan. Meski demikian, terdapat studi lain yang menghasilkan kesimpulan bahwa angka iodine tidak berkorelasi secara signifikan terhadap kebersihan dan pembentukan deposit di dalam ruang bakar (Environment Canada, 2006).

Efek Pelumasan Mesin

Sifat pelumasan yang inheren pada solar menjadi berkurang manakala dilakukan desulfurisasi (pengurangan kandungan solar) akibat tuntutan standard solar di berbagai negara. Berkurangnya sifat pelumasan bahan bakar bisa menimbulkan permasalahan pada sistem penyaluran bahan bakar, seperti pompa bahan bakar dan injektor (Knothe, 2005). Meski berkurangnya sifat pelumasan tersebut muncul akibat proses desulfurisasi, terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa berkurangnya sifat pelumasan tersebut bukan akibat berkurangnya konsentrasi sulfur itu sendiri, namun karena berkurangnya komponen-komponen non-polar yang terikut dalam proses desulfurisasi (Knothe, 2005).

Hu dkk. (2005) meneliti sifat pelumasan biodiesel menggunakan beberapa macam bahan baku minyak tumbuhan, yakni minyak bunga matahari (sun flower), minyak jagung, minyak kedelai, dan minyak canola. Mereka melakukan pengukuran ketahanan aus (wear performance) menggunakan metode HFRR (High Frequency Reciprocating Rig) pada solar yang dicampurkan dengan beberapa jenis biodiesel, baik unrefined biodiesel ataupun refined biodiesel (FAME murni). Hu dkk. (2005) menemukan bahwa unrefined biodiesel memiliki sifat pelumasan yang lebih baik dibandingkan dengan refined biodiesel. Dari analisis efek senyawa penyusun biodiesel terhadap sifat pelumasan bahan bakar, Hu dkk. (2005) menyimpulkan bahwa ester metil dan monodigliserida adalah dua komponen yang paling berpengaruh terhadap sifat pelumasan biodiesel secara signifikan.

Karena memiliki sifat pelumasan yang baik, biodiesel dapat digunakan sebagai aditif untuk meningkatkan sifat pelumasan solar berkadar sulfur rendah (low-sulfur petrodiesel fuel). Penambahan 1 – 2% biodiesel bisa mengembalikan sifat pelumasan solar berkadar sulfur rendah ke tingkat semula (yakni setara dengan solar berkadar sulfur normal) (Knothe, 2005). Penggunaan biodiesel sebagai aditif pelumasan pada solar berkadar sulfur rendah memiliki keuntungan dibandingkan dengan aditif lain, karena biodiesel sekaligus merupakan bahan bakar mesin diesel.

Pustaka

1. Bernardo, A., Howard-Hildige, R., O’Connel, A., Nichol, R., Ryan, J., Rice, B., Roche, E., Leahy, J. J., “Camelina oil as a fuel for diesel transport engines”, Industrial Crops and Products, 17, 191 – 197 (2003)
2. Bozbas, K., “Biodiesel as an alternative motor fuel: Production and policies in the European Union”, Renewable & Sustainable Energy Reviews, 1 – 12 (2005)
3. Conceição, M. M., Candeia, R. A., Dantas, H. J., Soledade, L. E. B., Fernandes, Jr., V. J., Souza, A. G., “Rheological Behavior of Castor Oil Biodiesel”, Energy & Fuels, 19, 2185 – 2188 (2005)
4. Environment Canada, “A critical review of biodiesel as transportation fuel in Canada”, http://www.ec.gc.ca/transport/publications/biodiesel/biodiesel4.htm
5. Hu, J., Du, Z., Li, C., Min, E., “Study on the lubrication properties of biodiesel as fuel lubricity enhancers”, Fuel, 84, 1601 – 1606 (2005)
6. Knothe, G., “Dependence of biodiesel fuel properties on the structure of fatty acid alkyl esters”, Fuel Processing Technology, 86, 1059 – 1070 (2005)
7. Leung, DYC., Koo, BCP., Guo, Y., “Degradation of biodiesel under different storage conditions”, Bioresource Technology, 97, 250 – 256 (2006

Global Warming Sebabkan 2 Juta Ton Es Mencair

Heni BeritaNET.com, 17 Desember, 2008 08:11:00 | Dilihat 2953 kali
image Global Warming Sebabkan 2 Juta Ton Es Mencair

foto berita artikel

Berita IT – Menurut data satellite NASA yang baru, menunjukkan bahwa terdapat tanda terbaru apa yang disebut oleh ilmuwan dengan ‘global warming’. Data satellite NASA menunjukkan lebih dari 2 juta ton daratan es di Greenland, Antartica, dan Alaska telah mencair sejak tahun 2003. Berdasarkan pengamatan satellite Grace NASA mengenai bobot es, Scott Luthcke, seorang geophysicist NASA, mengungkapkan bahwa kerugian yang terjadi di Greenland adalah lebih dari setengah daratan yang terkurung es dalam lima tahun terakhir telah mencair. Air dari bekas es yang mencair di Greenland dalam lima tahun terakhir akan semakin meningkat kira-kira akan memenuhi 11 Chesapeake Bays.

Ilmuwan NASA berencana untuk merepresentasikan penemuan mereka Kamis besok, di konferensi American Geophysical Union di San Fransisco. Luthcke mengatakan bahwa figure Greenland di tahun 2008 belum banyak mengalami peningkatan, namun tetap siginifikan mengingat semakin banyaknya es yang mencair, walaupun tidak secepat di tahun 2007.

Berita es mencair terdengar lebih baik di Alaska. Setelah mengalami kejatuhan di tahun 2005, daratan es semakin meningkat di tahun 2008 ini karena hujan salju dengan angina kencang. Sejak tahun 2003, ketika satellite NASA kembali mengamati lagi, Alaska telah kehilangan 400 juta ton daratan es.

Es yang mencair tidak seperti laut es, namun lebih ke penambahan kuantitas air secara bertahap. Menurut Luthcke, antara Greenland, Antartica dan Alaska, pencairan es telah meningkat sekitar 15 inch dalam lima tahun terakhir. Level ketingian air laut juga semakin meningkat seiring dengan pemanasan global. “Ini bukan menjadi lebih baik, namun akan tetap berlanjut, menunjukkan tandayang kuat dari dampak pemanasan global (global warming). Tidak ada cara untuk mengembalikannya lagi.” kata Jay Zwally, ilmuwan es di NASA.

Sedangkan untuk daerah Artic, utara Alaska, telah mengalami 9 hingga 10 derajat lebih panas, dan meningkat lebih cepat dari yang diprediksikan. Menurut ilmuwan Julienne Stroeve di National Snow and Ice Data Center, Colorado, seperti es yang mencair, air di Artic menyerap panas lebih banyak di musim panas, hingga mengakibatkan melelehnya es putih, dan kemudian panas yang diserap, dikeluarkan ke udara dan membentuk temperature musim gugur, dimana suhu lebih hangat 10 derajat. Inilah yang menjadi awal dari pemanasan global (global warming).

Sebuah studi kedua mengenai metana beku yang terperangkap dalam danau dan di laut sekitar Siberia, mulai mengeluarkan gelembungnya ke permukaan dalam bebrapa titik. Menurut Igor Semiletov, seorang professor di University of Alaska, Fairbanks, pada musim panas lalu, Semiletov menemukan gelembung metana dari laut Siberia Timur dan laut Laptev dengan level 10 kali lebih tinggi daripada di tahun 1990 lalu. Jumlah metana dalam regional tersebut dapat menambah pemanasan global jika tingkat gelembung semakin meluas, tambahnya. (h_n)

beritanet.com

Penerapan Nanoteknologi pada Baja

Sumber: Berita Iptek Topik: Kimia   Tags: ,

Tren dan perhatian dunia terhadap teknologi nano sangat tinggi akhir-akhir ini. Begitu pula di riset dan industri bahan seperti besi dan baja. Riset dan pengembangan teknologi nano untuk material baja yang dilakukan oleh negara Jepang merupakan riset pertama kali di dunia. Riset ini dikenal dengan nama STX-21 yang dilakukan oleh National Institute for Materials Science (NIMS), dan Supermetal Project dikoordinir oleh New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO). Untuk STX-21, proyek besar yang telah memasuki tahapan ke dua ini dimulai sejak tahun 1997 dan mempunyai target utama yaitu meningkatkan kekuatan bahan dan umur pakai dua kali lipat. Salah satu keberhasilannya adalah meningkatkan kekuatan baja level 400MPa menjadi 800MPa tanpa menambah unsur campuran logam selain elemen dasarnya. Kelebihan lain dari baja ini selain kekuatannya adalah mudahnya proses daur ulang dari material ini, karena tidak perlu mereduksi/menghilangkan unsur lain dari baja tersebut. Teknologi nano yang diaplikasikan pada material baja ini adalah proses pengecilan butir kristal baja sampai level submikro. Percobaan di laboratorium berhasil memperkecil butir baja sampai 0.2 mikrometer (1/10 pangkat minus 6 meter) dan inilah butir terkecil yang ada di dunia. Tetapi, proses produksi di industri hanya mampu mengecilkan butir sampai 1 mikrometer dan ini merupakan terobosan besar, karena teknologi dan proses yang ada sekarang ini (dikenal dengan Thermomechanical Process (TMCP)) tidak mampu memperkecil butir dibawah 3~5mikrometer. Di bidang baja yang banyak digunakan sebagai material struktur, bangunan dan konstruksi, besar butir kristal mempunyai pengaruh sangat besar untuk sifat mekanika, baik kekuatan dan ketangguhannya. Pada umumnya, ketangguhan dan duktilitas logam akan menurun bila kekuatannya meningkat, tapi hal ini tidak berlaku untuk pengecilan butir kristal. Kekuatan dan ketangguhan akan meningkat bersamaan bila butir diperkecil.

Proses konvensional TMCP yang banyak diaplikasikan di industri baja mampu memperkecil butir kristal sampai 3 mikrometer tapi besar butir ini adalah ukuran terkecil yang mampu diproduksi oleh proses ini. Prinsip proses pengecilan butir adalah (1) memperbanyak tempat nukleasi, (2) meningkatkan daya dorong (driving force) nukleasi dan (3) menurunkan kecepatan pertumbuhan butir. Penyediaan tempat nukleasi sangat ditentukan oleh besar reduksi dan suhu proses rolling. Semakin besar reduksi dan semakin rendah suhu rolling maka semakin besar kecepatan nukleasi. Tetapi, reduksi dan suhu rolling pada proses TMCP hanya 20% dan 700~800 derajat celcius, dan hal ini yang menyebabkan limit butir kristal yang dihasilkan hanya sampai 3 mikrometer.

Teknologi nano yang mampu mengecilkan butir sampai 1mikrometer dikenal dengan Proses suhu rendah dan deformasi besar. Proses ini dilakukan pada suhu di bawah 700 derajat dan 50% reduksi setiap pass. Sekarang ini ada 3 tipe dalam proses ini, yaitu (a) pengecilan butir austenit pada suhu rendah (daerah austenit yang metastabil), (b) rekristalisasi ferit dan (c) reversi austenit oleh panas hasil deformasi. Meskipun mekanisme pengecilan butir pada setiap tipe berbeda tapi ketiganya mempunyai kesamaan yaitu reduksi yang sangat besar sehingga membuat defek yang akan menjadi tempat nukleasi, dan juga suhu rendah yang menyebabkan pemulihan defek itu terhambat.

Pengaplikasian baja hasil teknologi nano ini untuk material struktur dan konstruksi merupakan hal yang terpenting setelah keberhasilan memproduksinya. Ini adalah target pada riset dan pengembangan baja hasil teknologi nano yang dikenal dengan baja ultra (ultra steel). Percobaan untuk mengaplikasikan baja ini dilakukan bekerjasama dengan Japanese Society of Steel Construction (JSSC). Baja yang direncanakan akan digunakan untuk bahan konstruksi dan bangunan memasuki tahap uji coba. Untuk bahan konstruksi, baja ini digunakan sebagai mur (bolt) dan bahan jembatan konstruksi baja serta untuk meningkatkan sisi ekonomis dan ketahanan.

Penemuan Terbaru : Air Elastis

In Bidang Ilmu Kimia, Penemuan Terbaru on Maret 11, 2010 at 12:31 pm

Ilmuwan Jepang telah menciptakan “air elastis.”

Dikembangkan di Tokyo University, materi baru ini sebagian besar terdiri atas air (95%) dengan tambahan dua gram tanah liat dan bahan organik. Menyerupai zat yang dihasilkan agar-agar atau gel, namun sangat elastis dan transparan.

jepang

Penemuan ini awalnya terungkap minggu lalu dalam edisi terbaru majalah ilmiah Nature. Menurut para ilmuwan Jepang, bahan baru ini sangat aman untuk lingkungan dan manusia, dan sangat mungkin untuk menjadi salah satu media penting dalam teknologi kedokteran untuk menolong yang terluka atau menyelesaikan pembedahan yang aman (seperti menggantikan bagian-bagian tubuh yang dipotong).

Bahkan dengan meningkatkan densitasnya, material baru ini dapat digunakan untuk menghasilkan “bahan plastik ekologis,” atau bisa menggantikan plastik sama sekali. Tahap ini masih dalam penelitian hingga September 2010. Namun jika berhasil, para ilmuwan mungkin telah menemukan sebuah terobosan untuk membuat dunia sedikit lebih hijau.

Sumber : http://www.jepang.net

Bahan Bakar Pesawat Jenis Jet adalah AVTUR

apasih avtur itu????

Aviation Turbine Fuel (AVTUR) atau secara internasional lebih dikenal dengan nama Jet A-1 adalah bahan bakar untuk pesawat terbang jenis jet (baik tipe jet propusion atau propeller). Avtur adalah minyak tanah dengan spesifikasi yang diperketat, terutama mengenai titik uap, dan titik beku. Bahan bakar minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avtur didesain khusus untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution). Performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh karakteristik kemurnian, model pembakaran turbin, dan daya tahan struktur pada suhu yang rendah. Disamping sebagai sumber energi penggerak mesin pesawat terbang juga berfungsi sebagai cairan hidrolik didalam sistem kontrol mesin dan sebagai pendingin bagi beberapa komponen sistem pembakaran. Hanya terdapat satu jenis bahan bakar jet yakni tipe kerosine yang digunakan untuk keperluan penerbangan sipil diseluruh dunia. Oleh karena itu sangatlah penting bagi perusahaan penyedia bahan bakar penerbangan untuk memastikan bahan bakar yang disediakannya bermutu tinggi, dan sesuai dengan standar internasional. Check list mutu poduk berisi persyaratan – persyaratan utama dari spesifikasi bahan bakar.

Avtur adalah bahan bakar dari fraksi minyak bumi yang dirancang sebagai bahan bakar pesawat terbang yang menggunakan mesin turbin atau mesin yang memiliki ruang pembakaran eksternal (External Combustion Engine). Kinerja atau kehandalan avtur terutama ditentukan oleh karakterisasi dari kebersihan, pembakaran, dan performanya pada temperature rendah. Berdasarkan spesifikasi tersebut, Avtur harus memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, seperti memiliki titik beku maksimum -470C dan titik nyala minimum 380C.

Avtur dengan trayek titik didih antara 150 – 300 0C, terdiri dari molekul hydrokarbon dan titik beku (freezing point) dibatasi maksimum – 47 0C. Avtur yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang bermesin turbine (jet) dengan resiko keselamatan yang tinggi, mempunyai persyaratan sangat ketat jika dibandingkan dengan bahan bakar yang lainnya. Untuk itulah maka avtur harus memenuhi persyaratan – persyaratan yang meliputi :

  1. Syarat Kenampakan
  2. Syarat Komposisi Senyawa – Senyawa Kimia
  3. Syarat Penguapan
  4. Syarat Pengaliran
  5. Syarat pembakaran
  6. Syarat Pengkaratan
  7. Syarat Kontaminasi
  8. Syarat Kestabilan
  9. Syarat Daya Hantar Listrik
  10. Syarat Pelumasan (Mudjirahardjo.2002).

Syarat – Syarat avtur

           Adapun syarat – syarat dari avtur yaitu:

a. Syarat Kenampakan

Syarat kenampakan dari avtur adalah apabila dilihat dengan mata telanjang avtur tetap jernih, tembus sinar, bebas dari partikel – partikel padat dan cair yang tidak terlarut pada susunan sekeliling yang normal.

  1. Syarat Komposisi Senyawa – Senyawa Kimia

Secara kimiawi avtur tersusun atas senyawa hidrokarbon (berupa parafin, naften, dan aromat) dan senyawa impirities dalam jumlah kecil serta additive. Senyawaan tersebut tersebut dibatasi keberadaannya didalam avtur, hal ini erat kaitannya dengan sifat – sifat avtur baik mutu bakar, stabilitas pada penyimpanan dan pemakaian maupun sifat korosifitas avtur tersebut.

Tabel 1. Sifat Avtur Terhadap Pengaruh Jenis Senyawa Hidrokarbon

Sifat Avtur Tinggi Tengah Rendah
Kandugan Hidrogen Paraffin Napththene Aromat
Mutu Pembakaran Paraffin Napththene Aromat
Freezing Point Napththene Paraffin Aromat
Density Aromat Napththene Paraffin
Nilai Kalori / berat Paraffin Napththene Aromat
NilaiKalori/ Aromat Napththene Paraffin

Komposisi senyawa kimia dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan:

  1. Jumlah Keasaman
  2. Aromatik
  3. Jumlah Sulfur
  4. Sulfur Mempekatkan
  5. Syarat Penguapan

Sifat penguapan sifat kecenderungan bahan avtur berubah fase cair ke fase gas. Didalam hidrokarbon yang kompleks. Seperti avtur mempunyai trayek didih atau daerah suhu pendidihan atau kemudahan menguap tertentu, sesuai dengan komposisi hidrokarbon yang terkandung didalamnya.

Sifat penguapan dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan:

  1. Destilasi
  2. Titik Nyala
  3. Densitas

d. Syarat Pengaliran

Sifat pengaliran avtur dibatasi mengigat avtur harus dapat digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang yang beroperasi pada suhu maksimal – 450C, avtur harus disemprotkan ke ruang bakar.

Sifat pengaliran dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan:

  1. 1.      Freezing Point
  2. Viskositas Kinetik pada – 200C.

e. Syarat pembakaran

Sifat pembakaran sangat penting untuk mengetahui nilai kalori yang dihasilkan dalam pembakaran yang sempurna dan untuk menghindari terjadinya radiasi panas yang berlebihan dari senyawa yang terkandung dalam avtur. Sifat pembakaran dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan:

  1. Energi Spesifik
  2. 2.      Smoke Point
  3. Naptalen

f. Syarat Pengkaratan

Sifat pengkaratan ini ditimbulkan adanya senyawa belerang yang reaktif yang akan menimbulkan kerusakan – kerusakan pada sistem distribusi bakar maupun pada bagian yang lain dalam pesawat. Sifat pengkaratan dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan Coppet Strip

Corrosion.

g. Syarat Kontaminasi

Kontaminasi yang dimaksudkan adalah adanya senyawa – senyawa pengotor yang keberadaannya tidak diinginkan, antara lain adanya kandungan air yang teremulsi dalam avtur.

Adanya kontaminasi dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan:

  1. 1.      Existen Gum
  2. 2.      Water Reaktion Intertface
  3. Microseparometer

h. Syarat Kestabilan

Syarat kestabilan avtur adalah kondisi avtur selama penyimpanan dan pemakaian. Hal ini disebabkan adanya suhu yang cukup tinggi yang cenderung dapat menimbulkan deposite. Sifat kestabilan dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan termal stanbility.

i. Syarat Daya Hantar Listrik

Karena avtur termasuk fraksi minyak bumi yang mempunyai sifat mudah terbakar, maka kemungkinan timbulnya bahaya kebakaran sangat besar. Bahaya kebakaran ini dapat terjadi akibat timbulnya listrik statis yang terakumulasi pada saat pemompaan avtur dengan kecepatan alir yang cukup tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan static disssipator additives ke dalam avtur.

Daya hantar listrik dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan electrical conductivity.

  1. Syarat Pelumasan

Kehausan karena gesekan yang berlebihan mengakibatkan umur komponen menjadi pendek seperti pada pompa fuel dan kontrol fuel, yang kadang – kadang dianggap berasal dari avtur kekurangan sifat pelumasan.

Pelumasan pada avtur dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan lucbricity (Mudjirahardjo.2002).


Spesifikasi avtur adalah batasan – batasan yang harus dipenuhi oleh bahan bakar minyak, yang bertujuan agar bahan bakar tersebut aman, nyaman serta ekonomis dalam pemakaiannya.

Spesifikasi tersebut biasanya berupa angka batasan minimum atau maksimum dengan menggunakan metode tertentu tergantung dari klasifikasi bahan bakar yang bersangkutan, khususnya yang berhubunggan dengan keamanan dan keselamatan dalam penggunaannya. Karena avtur digunakan oleh pesawat terbang bermesin turbin (jet) yang mempunyai resiko keselamatan tinggi bila dibandingkan dengan bahan bakar yang lainnya. Maka spesifikasi yang ditentukan terhadap avtur sangat ketat sesuai dengan   standar internasional.

Proses Pengolahan Pembuatan Avtur

Di Indonesia ada beberapa unit produksi yang memproduksi avtur, salah satunya adalah unit produk Dumai. Avtur dibuat melalui beberapa tahap proses pengolahan crude oil (minyak mentah). Adapun tahapan proses pengolahan untuk mendapatkan avtur adalah :

  1. Destilasi Atmosfir

Pada toping unit (Crude Destilation Unit CDU), Crude oil yang diolah merupakan campuran antara Sumatra Light Crude (SLC) dan Duri Crude Oil (DCO), CDU bekerja pada temperatur ± 3500C dan tekanan 1 atmosfir.

Dari proses destilasi ini dihasilkan produk antara lain :

  1. Naptha
  2. Kerosin
  3. 3.      Light Gas Oil
  4. 4.      Heavy Gas Oil
  5. Long Residu
  6.  Destilasi Hampa (Vacum Destilation)

Long Residu yang dihasilkan CPU, digunakan sebagai umpan pada Heavy Vacum Unit pada tekanan 40 mmHg temperatur ± 3900C.

Dari unit destilasi hampa ini menghasilkan produk yaitu :

  1. Light Vacum Gas Oil (LVGO)
  2. Heavy Vacum Gas Oil (HVGO), sebagai umpan pada unit Hydrocracking.
  3. Short Residu
  4. Delayed Coker Unit (DCU)

Short residu yang dihasilkan dari heavy vacum unit, digunakan sebagai umpan pada delayed coker unit (DCU) yang bekerja pada temperatur ± 3200C dan tekanan ±0.98 kg/cm2.

Dari Delayed Coker Unit(DCU) dihasiklkan produk antara lain :

  1. Naptha
  2. Kerosin
  3. Light Coker Gas Oil (HCOGO), dipakai sebagai umpan Hydrocracking
  4. 4.      Green Coke

Dengan spesifikasi tertentu produk – produk diatas digunakan sebagai bahan       baku dari avtur.

Hello world!

Posted: June 5, 2011 in Uncategorized

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can alway preview any post or edit you before you share it to the world.